Sebagaimana terlihat dalam beberapa lukisannya, Pangeran Diponegoro selalu digambarkan membawa sebilah keris. Hal ini, mungkin karena sang pangeran yang di masa kecilnya bernama Bendara Raden Mas Antawirya ini adalah seorang pejuang yang berperang melawan penjajah Belanda. Kecuali itu, keris pada saat itu menjadi simbol yang bertalian dengan status sosial, apalagi ia adalah seorang bangsawan.
Dalam kehidupan nyata, Pangeran Diponegoro memang memiliki keris pusaka. Hal ini terbukti ketika ia dijebak lalu ditangkap oleh panglima tentara Belanda, Letnan Gubernur Jenderal Hendrik Merkus Baron De Kock, saat diadakan pertemuan di kediaman Residen Kedu, Frans Gerhardus Valck, pada Minggu 28 Maret 1830 atau 2 Syawal 1245 H. Sebagai tanda keberhasilan menangkap Pangeran Diponegoro yang selama 5 tahun mengobarkan perang Jawa, dengan mengutus Kolonel Jan-Baptist Cleerens, De Kock lalu mengirimkan keris pusaka milik sang pangeran, Kiai Nogo Siluman, ke Raja Willem I, Raja Belanda saat itu. Sementara itu, antara Mei-Juni 1830, Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan beberapa orang dekatnya ditawan di Batavia (Jakarta) kemudian dibuang ke Manado, Sulawesi.
Dikirimnya keris Kiai Nogo Siluman ke Raja Belanda terlacak dalam data korespondensi antara De Secretaris van Staat dengan Directeur General van het department voor Waterstaat, Nationale Nijverheid en Colonies antara 11-15 Januari 1831. Keris itu kemudian disimpan di Koninkelijk Kabinet van Zelfzaamheden (KKZ) atau Kabinet Kerajaan untuk Barang Antik di Den Haag, Belanda.
Belakangan, keris Kiai Nogo Siluman tersebut sempat tidak teridentifikasi setelah Koninklijk Kabinet van Zeldzaamheden (KKZ) dibububarkan. Hingga kemudian dilakukan pencarian oleh para ahli. Upaya pencarian yang berkesinambungan itu akhirnya membuahkan hasil. Di mana, keris yang dikatakan sebagai simbol kepemimpinan Pangeran Diponegoro di Tanah Jawa itu kemudian ditemukan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda.
Atas kerja sama yang baik antara pemerintah Indonesia dengan pihak pemerintah Belanda, keris itu resmi diserahkan kepada Museum Nasional Indonesia, Kamis, 5 Maret 2020 yang lalu. Penyerahan keris tersebut dilakukan oleh Duta Besar Indonesia untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja serta diterima langsung oleh Kepala Museum Nasional Indonesia Siswanto.
“Semoga hari ini menjadi berkat bagi kita semua. Karena hari ini merupakan momentum yang bersejarah dengan kembalinya keris Pangeran Diponegoro sejak keluar dari tanah air kita 150 tahun lalu,” ujar Dubes Puja, seperti dilansir dari Historia.id.
Akan keaslian keris itu, menurut Puja telah dilakukan riset yang mendalam oleh para pakar dengan mengumpulkan data-data yang mendukung.
“Riset dokumentasi yang dilakukan menunjukkan ke arah keris ini. Sehingga pakar kita dan juga dari pihak Museum Volkenkunde yakin seyakin-yakinnya bahwa ini adalah keris yang dicari-cari, yaitu keris Nogo Siluman milik Pangeran Diponegoro,” ujar Puja di Museum Nasional, Kamis (5/3).
Seperti telah disitir di atas, Historia menyebutkan bahwa keris Kiai Nogo Siluman sempat tidk teridentifikasi pasca Koninklijk Kabinet van Zeldzaamheden dibubarkan. Pencarian kembali keris Kiai Nogo Siluman dimulai tahun 1984 oleh Peter Pott, kurator Museum Volkenkunde. Namun, penelitian Pott kemudian terhenti. Pencarian kembali dilakukan Johanna Leigjfeldt (2017) dan Tom Quist (2019).
Leigjfeldt dan Quist kemudian menemukan tiga keterangan yang kemudian digunakan untuk mengidentifikasi keris Kiai Nogo Siluman. Keterangan pertama berasal dari surat Sentot Prawirodirjo, mantan perwira perang Diponegoro. Kedua, keterangan Kolonel Jan-Baptist Cleerens yang membawa keris tersebut. Ketiga, surat dari pelukis Raden Saleh yang mendeskripsikan bentuk keris tersebut
Dijelaskan, bukti-bukti itu telah dikonfirmasi oleh Ketua Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada Sri Margana yang tergabung dalam tim ahli dari Indonesia. Pada 24 Februari lalu, Margana datang ke Belanda untuk memastikan keaslian keris tersebut.
Secara fisik, diungkapkan, keris Nogo Siluman berbahan dasar besi berwarna hitam dengan ukiran berwarna emas. Terdapat wujud naga yang tubuhnya memanjang di sekujur bilah keris. Tubuh naga ini dulunya dilapisi emas namun sekarang hanya beberapa jejak emas yang tersisa.
Sementara itu, ada satu lagi wujud naga yang membuat keris ini dinamai Kiai Nogo Siluman. Ukiran naga itu tersembunyi di bagian bawah bilah keris yang berdekatan dengan gagang keris. Sosok naga ini hanya bisa terlihat dari posisi tertentu.
Mengenai kembalinya keris tersebut ke tanah air, jika merujuk pada penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Belanda –dengan siasat liciknya– pada 1830, ke tahun ini, 2020, berarti sudah 190 tahun lamanya.
Sementara itu, menurut pengamatan Ki Cokro Santri, seorang spiritualis yang juga pecinta ‘tosan aji’ dan aktivis dunia pakerisan, katanya bila diamati dari ukiran naga siluman Jawa pada keris tersebut –melalui foto yang beredar– ia meyakini bahwa keris itu memang Keris Kiai Nogo Siluman milik Pangeran Diponegoro.
“Pengembalian pusaka keris Nogo Siluman milik Pangeran Diponegori ini adalah sesuatu yang penting dan sungguh membanggakan, saya sempat haru dan meneteskan air mata bahagia mendengarnya. Bagaimana tidak, bahwa bangsa ini memiliki bukti sejarah yang lebih lengkap lagi, tentang perjuangan Pangeran Diponegoro. Semoga benda bersejarah lainnya yang masih di Belanda juga bisa kembali ke tanah air,” tandasnya.